Gowes Minggu pagi 24 Juni 2012, di saat yang lain ribut mau fun bike karena ada lebih dari 3 acara fun bike yang diadakan bersamaan di sekitaran Jogja, kami memutuskan untuk gowes wisata ke candi-candi yang masih jarang dikunjungi. 3 goweser, saya yang berkaos merah, Eko yang berkostum gowes Yogyes dan Tono yang berkaos "Security". Kok malah mbahas kaos?? Karena apa yang dikenakan ketika gowes akan sedikit banyak berdampak dengan orang yang melihat kita. Ga percaya? Ikuti cerita kami ini.
pose sebelum berangkat di area pembangunan jembatan baru Pringwulung - Selokan Mataram
Kami gowes rute yang sama ketika akan menuju Candi Boko karena kebetulan Candi Barong terletak di sebelah Timur Candi Boko. Jika goweser pernah ke sana atau mau ke sana, kalian akan sampai pada pertigaan yang ke kanan (menanjak) akan sampai ke Candi Boko, sedangkan kalau ke kiri (menurun) akan mengarah ke Candi Barong.
Menurut info, candipnri, Candi barong merupakan candi peninggalan agama Hindu yang
terletak di Dusun Candisari, Bokoharjo, Prambanan. Disebut Candi
Barong karena terdapat hiasan kala di relung tubuh candi yang tampak
seperti Barong. Keberadaan Candi Barong yang juga bernama Candi Sari
Suragedug disebutkan dalam Prasasti Ratu Baka (856 M) dalam bahasa
Sansekerta dan ditulis menggunakan huruf Jawa kuno. Dalam prasasti
tersebut diceritakan tentang seorang raja bernama Sri Kumbaja atau
Sri Kalasodbhava yang membangun tiga 'lingga', yaitu Krttiwasalingga
dengan pendamping Dewi Sri, Triyarbakalingga dengan pendamping Dewi
Suralaksmi, dan Haralingga dengan pendamping Dewi Mahalaksmi.
Diperkirakan bangunan yang dimaksud adalah Candi Barong. Dalam
Prasasti Pereng (863 M), yang juga ditulis dalam bahasa Sansekerta
dengan menggunakan huruf Jawa kuno, disebutkan bahwa pada tahun 784
Saka (860 M) Rakai Walaing Pu Kumbhayoni menganugerahkan sawah dan
dua bukit di Tamwahurang untuk keperluan pemeliharaan bangunan suci
Syiwa bernama Bhadraloka. Para ahli berpendapat bahwa Sri Kumbaja
atau Sri Kalasodbhava adalah Pu Kumbhayani dan bangunan Syiwa yang
dimaksud adalah Candi Barong.
Kembali lagi ke rute awal, tampak sebuah candi Buddha, yaitu Candi Sojiwan. Konon, Candi Sojiwan dibangun setelah terjadi komplikasi dari perkawinan
politik di antara dua dinasti yang berkuasa di Jawa pada abad ke-9 M.
Saat itu wilayah Selatan dikuasai oleh wangsa Sanjaya beragama Hindu
Siwa, sedangkan wilayah utara didominasi oleh wangsa Syailendra yang
menganut Budha Mahayana. Perebutan pengaruh menimbulkan ketegangan
sehingga ditempuh upaya perdamaian yaitu dengan menikahkan Rakai Pikatan
dari wangsa Sanjaya dengan Pramodawardhani dari wangsa Syailendra,
dinikahkan untuk meredam konflik tersebut. Pernikahan ini ditentang oleh saudara Pramodawardhani, yang bernama
Balaputra Dewa. Maka perang pun tak terhindarkan. Balaputra Dewa
berhasil dikalahkan oleh Rakai Pikatan sehingga melarikan diri ke
Sumatera. Di sana dia membangun kerajaan Sriwijaya.
Sementara itu, rakai Pikatan dan isterinya bahu-membahu membangun
kehidupan harmonis antara pemeluk Hindu Syiwa dengan Budha Mahayana.
Mereka ingin supaya kedua agama tersebut dapat terus hidup dan
berkembang dengan damai dan saling menghormati. Sebagai buktinya, Rakai
Pikatan membangun candi Prambanan yang bercorak Hindu. Namun dalam
radius kurang dari 5 meter, candi Hindu ini dikelilingi candi-candi
Budha seperti Kalasan, Plaosan, Sewu dan Sojiwan.
Candi Sojiwan ini bercorak agama Buddha.
Hal ini dibuktikan dengan bentuk candi yang memiliki beberapa stupa.
Candi ini dibangun kira-kira pada pertengahan abad ke-9. Menurut
beberapa prasasti yang sekarang disimpan di Museum Nasional , candi
Sojiwan kurang lebih dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi
ini dibangun kurang lebih pada saat yang sama dengan candi Plaosan.
Tidak puas dengan kunjungan 2 candi akhirnya kami blusukan mencari Candi Kedulan yang sedang dalam proses penggalian. Candi Kedulan adalah candi Hindu yang berada tidak jauh dari Candi Sambisari, yaitu di Dusun Kedulan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Seperti halnya dengan Candi Sambisari, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari gunung Merapi yang diduga kuat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun 1006). Karena jenis tanah yang berada di sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali... woooowwww). Jenis arsitektur dari candi ini terlihat mirip seperti gaya Candi Sambisari dan Candi Ijo.
Tips aman gratis: biar ga ditariki uang pengunjung oleh satpam..jadilah sesama satpam dan ramah ma satpamnya.. contoh real: pakai kaos bertuliskan SECURITY, :D
Mau gabung? Let's gooo...wesssss!!!
take with Samsung Galaxy Y... believe it or not